EUR/USD: Cenderung Bullish?
EUR/USD memulai tahun yang baru 2021 dengan mencapai ketinggian beberapa tahun yang baru di 1.2349, dengan optimisme terus menekan dolar AS turun. Namun, dolar AS pulih kembali sebagian menjelang penutupan akhir minggu lalu, sekalipun secara jangka panjang masih cenderung melemah. Akibatnya EUR/USD tertekan dan turun ke 1.2222.
Pasar keuangan optimis akan kembalinya ekonomi dunia pada paruh kedua dari tahun 2021, dengan stimulus yang masif dari pemerintah dan bank sentral terus menaikkan permintaan akan assest dengan imbal hasil yang tinggi.
Imunisasi coronavirus dengan berbagai vaksin dimulai pada bulan Desember 2020 dengan tidak lancar, namun tetap maju. Menurut Bloomberg sudah 17,5 juta yang menerima vaksin secara global dengan 6,25 juta di Amerika Serikat.
Dolar AS berhasil bangkit dengan Wall Street melonjak mencetak ketinggian historikal dan imbal hasil obligasi pemerintah melesat naik ke level yang terlihat pada bulan Maret 2020, ketiak pandemik mulai menghantam dunia dan memicu sentimen “risk-off”.
Setelah penyerbuan ke Capitol dimana para Senator sedang bersidang untuk mengesahkan hasil dari Electoral Vote, Presiden Trump menghimbau untuk terjadinya rekonsiliasi dan mengumumkan bahwa transisi yang tertib akan berlangsung pada tanggal 20 Januari. Semua kembali tenang.
Data makro ekonomi yang dirilis pada minggu lalu gagal mengesankan pasar. Markit mempublikasikan PMI Uni Eropa bulan Desember versi final. Laporan ini menunjukkan bahwa aktifitas bisnis di Uni Eropa melemah di bulan Desember, dengan kecepatan yang lebih lambat dibandingkan dengan di bulan November. Output manufaktur berada pada teritori ekspansi namun sektor jasa berada pada teritori kontraksi.
Uni Eropa juga mempublikasikan Penjualan Ritel bulan November yang jatuh 6.1% YoY meskipun demikian Penjualan Jerman membaik 5.6% pada periode yang sama. Angka inflasi tetap rendah.
Amerika Serikat mempublikasikan indeks ISM resmi, dengan aktifitas manufaktur mengalami kenaikan namun sektor jasa mengalami penurunan. Negara ini juga merilis laporan yang ditunggu-tunggu Nonfarm Payroll bulan Desember pada hari Jumat minggu lalu, yang menunjukkan Amerika Serikat kehilangan 140.000 pekerjaan pada bulan Desember yang adalah jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan. Berita ini membuat dolar AS terkendala untuk naik lebih lanjut.
Minggu ini, pasar akan menggali perkembangan politik terbaru dan laporan NFP pada awal minggu sebelum statistik coronavirus mengambil alih perhatian. Naiknya jumlah pasien rumah sakit adalah yang paling mengkuatirkan bagi pasar karena akan membawa kepada lockdown lebih jauh. Sampai saat ini para Gubernur enggan untuk memberlakukan restriksi yang baru, meskipun kondisi yang semakin buruk akan bisa mendorong mereka untuk melakukannya.
Tekanan meningkat untuk menambah kecepatan dalam kampanye vaksin. Masing – masing negara bagian kemungkinan akan mempercepat distribusi vaksinnya khususnya dengan Moderna hanya memerlukan temperatur lemari es yang normal.
Pasar ingin melihat pasien di rumah sakit turun dan vaksin meningkat. Hal ini akan mendorong naik sentimen positip di pasar dan membuat dolar AS turun.
Data makro ekonomi pada minggu ini relatif ringan. Amerika Serikat akan merilis angka CPI bulan Desember pada hari Rabu dan Penjualan Eceran pada hari Kamis. Laporan yang kritikal keluar pada hari Jumat dengan akan dipublikasikannya perkiraan pendahuluan dari Michigan Consumer Sentiment Index bulan Januari.
Angka dari Consumer Price Indeks akan tetap lemah. Tabungan orang Amerika kemungkinan akan mendorong naik harga – harga nanti pada paruh kedua tahun 2021. Namun di bulan Desember 2020 dan kemungkinan sampai tahun ini, inflasi masih akan tetap tertekan. Ini akan membuat the Fed bisa terus mempertahankan tingkat bunga mendekati nol dan mendorong dolar AS turun.
Highlight dari kalender ekonomi AS pada minggu ini adalah laporan penjualan ritel. Konsumsi AS mengecewakan pada bulan November dan kemungkinan meningkat pada bulan Desember. Namun kurangnya dukungan dari pemerintah pada bulan lalu kemungkinan akan membuat angka bulan ini turun.
Gubernur the Fed, Jerome Powell akan berbicara pada hari Kamis dan kemungkinan akan berkomentar mengenai angka pekerjaan baru – baru ini. Jika dia membuka pintu untuk pembelian obligasi lebih banyak lagi, dolar AS akan bisa jatuh.
Sementara dari Uni Eropa data makro ekonomi yang relevan hanyalah Produksi Industri bulan November yang akan keluar pada hari Rabu.
GBP/USD: Memiliki Ruang Untuk Naik
GBP/USD turun ke 1.3560 dengan Inggris memasuki lockdown yang keras untuk mencegah gagalnya rumah sakit karena banyaknya pasien yang tertular Covid – 19 jenis baru. Para ahli semakin yakin bahwa Covid – 19 jenis baru yang menyebabkan penyebaran yang cepat belakangan ini. PM Johnson membuat pengumuman kedua yang serius dan kali ini mengumumkan penutupan yang keras, melebihi level dari gelombang pertama. Poundsterling tertekan ditengah perkembangan yang menekan ini.
Johnson mengumumkan tanggal 15 Februari sebagai tanggal potensi keluar dari lockdown namun masih tergantung kepada bukan saja statistic dari virus melainkan distribusi dari vaksin.
Dolar AS berhasil bangkit dengan Wall Street melonjak mencetak ketinggian historikal dan imbal hasil obligasi pemerintah melesat naik ke level yang terlihat pada bulan Maret 2020, ketika pandemik mulai menghantam dunia dan memicu sentimen “risk-off”.
Setelah penyerbuan ke Capitol dimana para Senator sedang bersidang untuk mengesahkan hasil dari Electoral Vote, Presiden Trump menghimbau untuk terjadinya rekonsiliasi dan mengumumkan bahwa transisi yang tertib akan berlangsung pada tanggal 20 Januari. Semua kembali tenang.
Data makro ekonomi yang dirilis pada minggu lalu gagal mengesankan pasar.
Amerika Serikat mempublikasikan indeks ISM resmi, dengan aktifitas manufaktur mengalami kenaikan namun sektor jasa mengalami penurunan. Negara ini juga merilis laporan yang ditunggu-tunggu Nonfarm Payroll bulan Desember pada hari Jumat minggu lalu, yang menunjukkan Amerika Serikat kehilangan 140.000 pekerjaan pada bulan Desember yang adalah jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan. Berita ini membuat dolar AS terkendala untuk naik lebih lanjut.
Event minggu ini di Inggris, bagaimana keluar dari lockdown? Lebih bergantung kepada kecepatan pendistribusian vaksin dibandingkan dengan statistik Covid. Poundsterling memiliki ruang untuk naik jika grafik imunisasi naik. Dengan bertambahnya kapasitas rumah sakit, kekuatiran investor berkurang akan statistik Covid. Saat ini Inggris telah membagikan vaksin kepada hampir 2% dari populasinya.
Menteri keuangan Rishi Sunak mungkin akan memperkenalkan dukungan tambahan terhadap individual dan bisnis ditengah kesukaran yang disebabkan oleh lockdown setelah paket awal mendapatkan respon yang dingin dari pasar. Bantuan yang substansial bisa mendukung naik Sterling.
Berita mengenai Brexit tenggelam ditengah maraknya virus. Dampak perginya Inggris dari Uni Eropa kemungkinan baru akan terasa pada minggu – minggu yang akan datang.
Angka GDP bulanan untuk bulan November menonjol di kalender ekonomi minggu ini. Setelah kenaikan yang besar pada musim panas, pertumbuhan melambat menjadi 0.4% pada bulan Oktober dan kemungkinan menjadi negatif pada bulan November pada saat Inggris memasuki lockdown kedua.
Gubernur BoE Andrew Bailey akan berbicara pada awal minggu ini, setiap tanda pembelian obligasi tambahan untuk mendukung belanja pemerintah lebih jauh akan bisa mendorong poundsterling.
Di Amerika Serikat, pasar akan menggali perkembangan politik terbaru dan laporan NFP pada awal minggu sebelu statistik coronavirus mengambil alih perhatian. Naiknya jumlah pasien rumah sakit adalah yang paling mengkuatirkan bagi pasar karena akan membawa kepada lockdown lebih jauh. Sampai saat ini para Gubernur enggan untuk memberlakukan restriksi yang baru, meskipun kondisi yang semakin buruk akan bisa mendorong mereka untuk melakukannya.
Sama seperti di Inggris, tekanan meningkat untuk menambah kecepatan dalam kampanye vaksin. Masing – masing negara bagian kemungkinan akan mempercepat distribusi vaksinnya khususnya dengan Moderna hanya memerlukan temperatur lemari es yang normal.
Pasar ingin melihat pasien di rumah sakit turun dan vaksin meningkat. Hal ini akan mendorong naik sentimen positip di pasar dan membuat dolar AS turun.
Angka dari Consumer Price Indeks akan tetap lemah. Tabungan orang Amerika kemungkinan akan mendorong naik harga – harga nanti pada paruh kedua tahun 2021. Namun di bulan Desember 2020 dan kemungkinan sampai tahun ini, inflasi masih akan tetap tertekan. Ini akan membuat the Fed bisa terus mempertahankan tingkat bunga mendekati nol dan mendorong dolar AS turun.
Highlight dari kalender ekonomi AS pada minggu ini adalah laporan penjualan ritel. Konsumsi AS mengecewakan pada bulan November dan kemungkinan meningkat pada bulan Desember. Namun kurangnya dukungan dari pemerintah pada bulan lalu kemungkinan akan membuat angka bulan ini turun.
Gubernur the Fed, Jerome Powell akan berbicara pada hari Kamis dan kemungkinan akan berkomentar mengenai angka pekerjaan baru – baru ini. Jika dia membuka pintu untuk pembelian obligasi lebih banyak lagi, dolar AS akan bisa jatuh.
AUD/USD
Pair AUDUSD pada sesi Asia Senin (11/1/2021) yang dibuka lebih rendah dari penutupan sebelumnya bergerak lemah masuki hari ketiga berturut oleh posisi kekuatan dolar AS. Pair melemah ditengah perdagangan aset risiko yang banyak diminati dan juga pergerakan rally harga minyak mentah.
Perdagangan aset risiko diburu pasar global setelah rekor lanjutan bursa saham Wal Street akhir pekan lalu, juga lonjakan imbal hasil treasury yang naik ke posisi tertinggi 10 bulan setelah 4 sesi bergerak kuat. Terpantau mayoritas bursa saham kawasan Asia bergerak tinggi yang di-support juga oleh rally harga minyak mentah pekan lalu hingga naik 10% lebih.
Harga minyak mentah WTI melonjak lebih dari 3,5% ke posisi tertinggi sejak Februari 2020, secara mingguan melonjak 10,5% setelah Arab Saudi berjanji untuk memangkas produksi sebesar 1 juta barel per hari pada bulan Februari dan Maret.
Dari laporan ekonomi yang dirilis hari ini, data survey inflasi bulanan di Australia menunjukkan penguatan dari periode sebelumnya, namun ini data minor sehingga tidak mempengaruhi sentimen investor.
Indeks dolar yang menunjukkan kekuatan dolar AS terhadap banyak rival utamanya menanjak di awal pasar uang Asia setelah 2 sesi sebelumnya gain. Menguat karena melonjaknya imbal hasil obligasi AS namun dibatasi oleh partai Demokrat yang akan menguasai pemerintah AS.
Anggaran besar dan defisit neraca perdagangan membuat mata uang AS menjadi investasi yang semakin tidak menarik.
USD/CHF
USD/JPY
Pair USDJPY pada sesi Asia Senin (11/1/2021) yang dibuka lebih rendah dengan posisi sebelumnya, bergerak positif seiring menguatnya perdagangan aset risiko dan penguatan dolar AS. Yen bergerak lemah masuki hari keempat berturut di tengah liburnya pasar keuangan Jepang.
Perdagangan aset risiko diburu pasar global setelah rekor lanjutan bursa saham Wal Street akhir pekan lalu, juga lonjakan imbal hasil treasury yang naik ke posisi tertinggi 10 bulan setelah 4 sesi bergerak kuat.
Terpantau mayoritas bursa saham kawasan Asia bergerak tinggi yang di-support juga oleh rally harga minyak mentah pekan lalu hingga naik 10% lebih.
Indeks dolar yang menunjukkan kekuatan dolar AS terhadap banyak rival utamanya menanjak di awal pasar uang Asia setelah 2 sesi sebelumnya gain. Menguat karena melonjaknya imbal hasil obligasi AS namun dibatasi oleh partai Demokrat yang akan menguasai pemerintah AS.
Anggaran besar dan defisit neraca perdagangan membuat mata uang AS menjadi investasi yang semakin tidak menarik.
Disclaimer:
Bertransaksi di Perdagangan Berjangka Komoditi memiliki resiko yang tinggi dan mungkin tidak sesuai untuk semua orang.
Banyak faktor bagi seorang investor yang harus dipertimbangkan sebelum bertransaksi, seperti obyektifitas, tingkat pengalaman dan keinginan berinvestasi dengan resiko untuk setiap investor.
Opini, berita, riset, analisa, harga atau informasi yang terkandung di dalamnya disediakan hanya sebagai komentar pasar secara umum saja.