10 FEBRUARY 2021
TINJAUAN FUNDAMENTAL
EUR/USD: Euro Naik Ke 1.21 Karena Melemahnya Yield & US Dollar
EUR/USD memperpanjang kenaikannya, menyentuh ketinggian diatas 1.21 dengan berbalik turunnya dollar AS. Imbal hasil Treasury AS turun ditengah ketidakpastian mengenai stimulus fiscal AS.
Narasi pasar tiba – tiba terganggu dan hal ini baik bagi euro. Pasar menjadi tidak pasti dengan stimulus fiscal AS sehingga dana bergerak ke obligasi AS lagi meskipun tidak meninggalkan saham. Sebagai akibatnya imbal hasil Treasury AS turun dan hal ini membebani dollar AS. Selain itu, tingginya rekor harga saham dan juga Bitcoin, membebani dollar AS yang safe – haven. Perubahan dalam narasi pasar ini mendorong EUR/USD naik mengarah ke 1.21.
Apakah tren naik ini bisa terus bertahan? Salah satu penggerak kenaikan EUR/USD yang utama adalah spekulasi mengenai jumlah dari paket stimulus yang bisa diloloskan oleh Demokrat. Biden mendorong Kongres untuk menyetujui jumlah senilai $1.9 triliun sementara juga mau untuk berkompromi khususnya dengan anggota partainya sendiri. Moderat dan Liberal berbeda pendapat mengenai jumlah dari cek stimulus, antara $50,000 dengan $75,000. Sementara investor kurang tertarik kepada hal – hal yang detil, yang penting persetujuan dari Kongres dapat cepat keluar.
Kecepatan keluarnya paket stimulus menjadi berkurang dan tidak jelas dengan focus politik bergerak dari stimulus ke impeachment terhadap Trump. Akibatnya kemungkinan para investor akan terus membeli obligasi kembali sebagai antisipasi ditundanya paket stimulus dan akhirnya nilainya juga menjadi lebih kecil. Turunnya imbal hasil bisa menurunkan dollar AS.
Meskipun dalam gambaran yang lebih luas tren EUR/USD menurun, saat ini kemungkinan masih akan melanjutkan kenaikan dengan melemahnya USD karena tertundanya stimulus AS yang membuat turunnya imbal hasil hutang AS yang membawa dollar AS turun.
GBP/USD: Sterling Kembali Naik Setelah Melemahnya USD
Semula GBP/USD turun sekitar 30 – 35 pips ke 1.37000 selama perdagangan sesi Eropa, namun pada sesi selanjutnya di perdagangan sesi Amerika Serikat, pasangan matauang ini kembali berbalik naik ke 1.37400 karena turunnya yield Treasury AS yang membebani dollar AS.
Pasangan matauang ini gagal mengkapitalisir kenaikan pada puncak satu minggu karena menghadapi “supply” di dekat area 1.37400 dan berakhir dengan mandek dalam rally setelah pernyataan BoE, dari kerendahan dua setengah minggu.
Kenaikan ke area 1.37400 terjadi selain karena pernyataan BoE yang tidak akan menggunakan alat tingkat bunga yang negatif, juga disebabkan karena melemahnya dollar AS karena keluarnya laporan NFP AS yang mengecewakan.
Namun terus naiknya yield dari obligasi treasury AS kembali membuat naik permintaan akan dollar AS sehingga kenaikan GBP/USD menjadi tertahan dan bahkan tertekan turun ke arah 1.37000 dengan terus naiknya permintaan akan dollar AS.
Pada sesi perdagangan selanjutnya keadaan berbalik dengan yield Treasury AS mengalami penurunan yang pada saat bersamaan menekan dollar AS turun dan menyebabkan naiknya GBP/USD kembali ke arah 1.37400.
AUD/USD
Pair AUDUSD pada sesi Asia Rabu (10/2/2021) terkoreksi dari posisi tertinggi 2 pekan setelah cetak gain 3 sesi berturut, tertekan oleh melemahnya sentimen perdagangan aset risiko yang mengangkat dolar AS.
Pair dibuka kuat awal sesi merespon data sentimen konsumen oleh Westpac yang bangkit dari area kontraksi.
Selain itu ada juga data rumah tempat tinggal yang disetujui untuk dibangun di Australia melonjak 10,9 persen mom di Desember 2020, setelah kenaikan 3,3 persen di bulan sebelumnya, dan sejalan dengan perkiraan awal.
Namun perdagangan aset risiko terkoreksi oleh pelemahan bursa saham Amerika yang dipicu oleh kemacetan stimulus covid AS dan kehati-hatian menjelang data inflasi AS.
Yang juga menekan aset risiko adalah penyelidikan yang sedang berlangsung terhadap jejak virus corona oleh WHO di Cina.
Indeks dolar yang menunjukkan kekuatan dolar AS terhadap banyak rival utamanya bergerak rebound di awal pasar uang Asia setelah terkoreksi 3 sesi berturut sebelumnya.
Dolar AS naik dari posisi terendah 2 pekannya yang tertekan oleh keraguan pasar akan data inflasi yang dirilis pada sesi malam.
USD/CHF
USD/JPY: YEN Turun 2% Dari Bulan Desember
USD/JPY membukukan penurunan harian cukup dalam pada hari Selasa dan ditutup di 104.556 dilanjutkan berada dalam fase konsolidasi pada hari Rabu ini sesi Asia. Saat penulisan, pasangan tersebut diperdagangkan pada level terendah sejak 29 Januari di 104.5 melemah sebesar sekitar 0.56% pada basis harian.
Penurunan cukup tajam yang disaksikan dalam imbal hasil obligasi Treasury AS tampaknya membebani USD/JPY pada hari Selasa. Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun saat ini turun lebih dari 2% ke 1.147%. Akibatnya, greenback juga kesulitan untuk menemukan permintaan.
Sebelumnya diberitakan kabinet Jepang telah mengumumkan bahwa mereka telah memutuskan untuk membelanjakan 1.1372 triliun JPY dalam cadangan darurat untuk membantu ekonomi pulih dari krisis virus corona tetapi perkembangan ini sebagian besar diabaikan oleh pelaku pasar.
“Di bawah 105.33 telah melihat penyelesaian puncak minor untuk menambah
bobot pada pandangan di atas untuk pergerakan di bawah tujuan puncak terukur,
retracement 38.2% dari rally Januari/Februari dan support harga di 104.93/83.
Aksi tersebut akan membuat pelemahan diperpanjang kembali ke 104.46/44,
kemudian tren naik jangka pendek di 104.20,” pendapat analis dari Credit
Suisse.
Anggota dewan kebijakan moneter Bank of Japan (BOJ), Seiji Nakamura, menawarkan pendapatnya terhadap dampak kebijakan moneter bank sentral yang sangat longgar pada fungsi pasar.
“BOJ akan mencari cara untuk membuat kerangka pelonggaran moneternya lebih efektif, berkelanjutan pada tinjauan kebijakan bulan Maret.” “Pembelian ETF BOJ akan tetap menjadi alat yang diperlukan untuk memberantas pola pikir deflasi Jepang.”
“Harus diingat bahwa pembelian aset besar-besaran oleh BOJ, termasuk ETF, dan kepemilikan yang berkepanjangan dapat memengaruhi fungsi pasar.”
“BOJ harus siap untuk merespons secara efektif dan tepat waktu terhadap perubahan ekonomi, harga, perkembangan keuangan.”
“Pasar kerja, pendapatan rumah tangga cenderung tetap lemah untuk saat ini.”
“Harus diingat bahwa pergerakan harga yang mendasari dapat mempengaruhi persepsi orang-orang terhadap inflasi yang lebih jelas di Jepang daripada di ekonomi barat.”
Disclaimer:
Bertransaksi di Perdagangan Berjangka Komoditi memiliki resiko yang tinggi dan mungkin tidak sesuai untuk semua orang.
Banyak faktor bagi seorang investor yang harus dipertimbangkan sebelum bertransaksi, seperti obyektifitas, tingkat pengalaman dan keinginan berinvestasi dengan resiko untuk setiap investor.
Opini, berita, riset, analisa, harga atau informasi yang terkandung di dalamnya disediakan hanya sebagai komentar pasar secara umum saja.