18 FEBRUARY 2021
TINJAUAN FUNDAMENTAL
EUR/USD: Euro Masih Memiliki Ruang Untuk Bullish
EUR/USD turun ke bawah 1.2050 di sekitar 1.2040, memperpanjang penurunannya setelah penjualan ritel AS lompat ke 5.3%, jauh lebih tinggi daripada yang diperkirakan. Angka inti juga lebih tinggi daripada yang diperkirakan. Apakah inflasi sedang datang? Inilah yang dikuatirkan para investor dengan Amerika membuka dompetnya untuk belanja yang massif. Usulan paket stimulus fiskal dalam jumlah yang besar kemungkinan akan disetujui pada minggu depan.
Sementara pasar membutuhkan lebih banyak uang, stimulus fiskal dalam jumlah yang luarbiasa besar berarti naiknya kemungkinan ekonomi menjadi “overheat” dan harga – harga naik. Terlebih lagi, meningkatnya penciptaan hutang oleh Paman Sam ini telah mengakibatkan aksi jual atas Treasuries AS, yang mendorong naik yields atas obligasi 10 tahun, menjadi 1.30%, angka tertinggi setelah pandemi yang pada gilirannya membuat dollar AS menjadi lebih menarik.
Hal lain yang ditunggu oleh para investor adalah risalah pertemuan dari Federal Reserve yang bukan protokol dari pertemuan pada bulan Januari, melainkan dokumen yang direvisi dengan hati – hati yang membuat respon pasar harus menjadi pertimbangan. Kemungkinan the Fed masih akan terus mengabaikan ketakutan akan inflasi. Dengan pada akhir tahun 2020, the Fed mengubah taktik dimana sekarang memprioritaskan mencapai “full employment” dengan mengorbankan inflasi. The Fed kemungkinan akan mengulangi komitmennya untuk tetap mempertahankan tingkat bunga yang rendah dan skema pembelian obligasi yang berarti mempertahankan yields obligasi dan dollar AS dalam pengawasan.
Apakah rally dollar AS ada batasnya? Matauang bersama Eropa telah tertinggal dibandingkan dengan rekan – rekannya kebanyakan karena lambatnya kampanye vaksin di Eropa. Terlepas dari vaksinasi, kasus Covid sedang turun terutama di Jerman dan Spanyol. Keyakinan investor tetap tinggi sebagaimana yang terlihat di dalam data ZEW Economic Sentiment Jerman kemarin. Sementara lokomotif zona Euro ini sedang berjuang, masa depannya kelihatannya cerah. Secara keseluruhan, matauang paling popular di dunia ini masih memiliki ruang untuk bangkit dari kejatuhannya.
GBP/USD: Bisakah Poundsterling Berbalik Naik Ke 1.4?
GBP/USD tertekan di posisi bawah, diperdagangkan dibawah 1.39, di sekitar 1.3866, dengan naiknya dollar AS bersamaan dengan naiknya “yields” dan “reflation trade”. Inflasi Inggris naik sebanyak 0.7% secara tahunan di bulan Januari, lebih tinggi daripada yang diperkirakan. Mundur selangkah, maju dua Langkah, ini telah menjadi pola pergerakan sterling pada minggu – minggu belakangan ini. Demikian juga sekarang. Tidak ada alasan bahwa GBP/USD tidak bisa melanjutkan perjalanannya ke 1.40. Koreksi penurunan saat ini adalah akibat dari menguatnya dollar AS yang semata-mata hanya karena terangkat oleh ekspektasi akan stimulus AS.
Demokrat dilaporkan berencana untuk meloloskan undang – undang stimulus pada tanggal 26 Februari. Sementara masih ada kemungkinan kompromi yang berpotensi terjadinya penundaan, jelas bahwa Amerika akan mendapatkan dorongan fiskal yang besar. Sementara pasar saham terus bersemangat dengan prospek stimulus ini, keprihatinan mengenai dikeluarkannya hutang yang massif dan potensi terjadinya inflasi telah menggerakkan investor pergi dari obligasi yang otomatis menaikkan imbal hasil obligasi sehingga membuat dollar AS menjadi lebih menarik. Namun, dollar AS bisa saja jatuh lagi karena beberapa alasan.
Pertama, pencari posisi dibawah – bargain seekers – mungkin bisa Kembali membeli obligasi pada harga yang rendah sekarang, sehingga membuat imbal hasil kembali turun ke level sebelum pandemi.
Kedua, harga konsumsi masih dilumpuhkan oleh ekonomi yang masih harus berjuang untuk naik. Sekitar 10 juta orang Amerika masih pengangguran disebabkan oleh bencana pandemi dan hal ini membuat belanja konsumen menjadi terseok-seok.
Ketiga, Federal Reserve AS masih akan terus melanjutkan pelonggaran meskipun ada ancaman naiknya inflasi. The Fed mengubah kebijaksanaannya pada tahun lalu dan sekarang sedang memprioritaskan “full employment” dengan mengorbankan inflasi yang tinggi sekalipun.
Sementara itu, di London, PM Boris Johnson mendapatkan desakan yang meningkat untuk membawa aktifitas ekonomi kembali hidup sebanyak mungkin, setelah penurunan yang tajam di dalam kasus Covid – 19, jumlah pasien yang masuk ke rumah sakit dan kematian. Terlebih lagi, Inggris telah menyuntik sekitar 23% dari populasinya dan terus mempercepat kampanye imunisasinya. Secara keseluruhan, masih ada ruang bagi poundsterling untuk naik lagi dan mungkin bisa menyentuh 1.40.
AUD/USD: Aussie Setelah Turun Pada Hari Kemarin, Hari Ini Bergerak Bullish Merespon Tingkat Pengganguran Yang Turun.
Pair AUDUSD pada sesi Asia Kamis (18/2/2021) bergerak bullish hingga menembus posisi resisten kuat hariannya merespon laporan data ekonomi yang menunjukkan tingkat pengangguran menurun. Selain itu pair mendapat tenaga dari pergerakan retreat dolar AS dari gain 2 sesi berturut.
Tingkat pengangguran Australia yang disesuaikan secara musiman turun menjadi 6,4% pada Januari 2020 dari 6,6% pada bulan sebelumnya dan di bawah konsensus pasar sebesar 6,5%. Ini adalah tingkat pengangguran terendah sejak April, karena ekonomi muncul secara bertahap dari guncangan Virus Corona.
Indeks dolar yang menunjukkan kekuatan dolar AS terhadap banyak rival utamanya bergerak lemah di awal pasar uang Asia setelah gain 2 sesi berturut sebelumnya. Dolar AS tertekan oleh anjloknya imbal hasil obligasi hingga turun 3% dan kerugian moderat dalam bursa saham Wall Street.
USD/CHF
USD/JPY: YEN Kembali Ke Jalur Bearish Akibat Anjloknya Imbal Hasil Obligasi AS
Pair USDJPY pada sesi Asia Kamis (18/2/2021) kembali di jalur bearish lanjutan sesi sebelumnya yang tertekan oleh anjloknya posisi imbal hasil obligasi AS. Demikian pair juga tertekan oleh posisi dolar AS yang retreat dari gain 2 sesi berturut.
Perdagangan aset risiko cenderung menguat di pasar Asia merespon laporan data ekonomi AS yang optimis seperti data retail sales bulan Januari yang melonjak hingga naik 5% dari kontraksi sebelumnya. Selain itu dari risalah Fed menunjukkan bank sentral belum akan ubah kebijakan dalam beberapa waktu.
Sebelumnya dari fundaemntal Jepang, data pesanan mesin inti di Jepang, yang tidak termasuk untuk kapal dan dari perusahaan tenaga listrik, naik 5,2 persen bulan ke bulan di Desember 2020 setelah naik 1,5 persen di bulan sebelumnya dan dibandingkan dengan ekspektasi pasar turun 6,2 persen.
Indeks dolar yang menunjukkan kekuatan dolar AS terhadap banyak rival utamanya bergerak lemah di awal pasar uang Asia setelah gain 2 sesi berturut sebelumnya. Dolar AS tertekan oleh anjloknya imbal hasil obligasi hingga turun 3% dan kerugian moderat dalam bursa saham Wall Street.
Disclaimer:
Bertransaksi di Perdagangan Berjangka Komoditi memiliki resiko yang tinggi dan mungkin tidak sesuai untuk semua orang.
Banyak faktor bagi seorang investor yang harus dipertimbangkan sebelum bertransaksi, seperti obyektifitas, tingkat pengalaman dan keinginan berinvestasi dengan resiko untuk setiap investor.
Opini, berita, riset, analisa, harga atau informasi yang terkandung di dalamnya disediakan hanya sebagai komentar pasar secara umum saja.