3 Mei 2021
TINJAUAN FUNDAMENTAL
EUR/USD: Zona EURO Ternyata Masih Resesi; EUR/USD Jatuh Lagi
Setelah data GDP Zona Euro menunjukkan angka negatif untuk kedua kalinya, analis menilai rebound ekonomi Zona Euro boleh jadi tertunda sampai kuartal kedua 2021. Euro tergelincir lebih dari 0.2 persen ke kisaran 1.2095 terhadap dolar AS pada pertengahan sesi Eropa hari ini (30/April), lantaran rilis data GDP Zona Euro I/2021 yang menunjukkan bahwa kawasan masih menderita resesi. Penurunan EUR/USD kali ini melanjutkan kemunduran dari ambang 1.2150 yang telah berlangsung sejak rilis data GDP AS kemarin. Para analis menilai rebound ekonomi Zona Euro boleh jadi tertunda sampai kuartal kedua.
Laporan preliminer Eurostat menunjukkan bahwa pertumbuhan GDP Zona Euro pada kuartal I/2021 sebesar -0.6 persen (Quarter-over-Quarter). Angka tersebut sedikit lebih baik daripada ekspektasi konsensus untuk penurunan -0.8 persen. Akan tetapi, ini merupakan pertumbuhan GDP minus kedua kalinya bagi Zona Euro setelah mencetak -0.7 persen pada kuartal IV/2020. Pertumbuhan GDP tahunan pun berkubang pada area di bawah nol, tepatnya pada -1.8 persen (Year-on-Year). Laporan GDP Jerman bahkan meleset dari ekspektasi. Pertumbuhan GDP kuartal I/2021 di negeri ekonomi terbesar Zona Euro tersebut tercatat -1.7 persen (Quarter-over-Quarter) gegara pengetatan kembali pembatasan sosial demi membendung ancaman gelombang kedua COVID-19. Padahal, ekspektasi konsensus hanya memperkirakan penurunan sampai -1.5 persen.
Adapun data CPI Zona Euro relatif datar, sesuai dengan ekspektasi pasar. Laju inflasi konsumen mencapai 0.6 persen (Month-over-Month) pada April 2021, sehingga pertumbuhan inflasi tahunan terangkat dari 1.3 persen menjadi 1.6 persen (Year-on-Year). Tapi laju inflasi tersebut masih jauh dari target 2 persen yang diharapkan oleh bank sentral Eropa (ECB). Positifnya, sejumlah analis lebih optimistis terhadap outlook ekonomi Zona Euro ke depan. Rincian yang tersisip dalam laporan GDP dinilai mengisyaratkan potensi rebound pada periode berikutnya. Bert Colijn, ekonom senior Zona Euro dari ING, mencatat, “Terlepas dari penurunan (GDP), perkembangan yang mendasarinya cukup menggembirakan pada kuartal pertama. Aktivitas dasar mulai beranjak sejak pertengahan Januari ke depan. Sedikit pelonggaran pembatasan (sosial) telah berdampak cukup kuat pada konsumsi (masyarakat), artinya konsumen tampak bersemangat untuk berbelanja setelah pembukaan kembali (aktivitas ekonomi) dilakukan. Juga, tingkat pengangguran telah menurun sepanjang gelombang kedua (COVID-19), dikonfirmasi hari ini dengan rilis Maret yang turun dari 8.2 menjadi 8.1 persen.” “Di samping itu, sektor manufaktur melonjak dan sebagian besar tertahan oleh keterbatasan suplai saat ini.
Pesanan baru meningkat dengan cepat dan perusahaan-perusahaan melaporkan aktivitas terkini yang kuat. Dari sini dapat disimpulkan bahwa GDP akan mulai naik lagi pada kuartal kedua.” Patut dicatat pula bahwa data GDP termasuk salah satu indikator ekonomi yang bersifat lagging. Dengan kata lain, pertumbuhan yang lamban itu bisa jadi merupakan kabar lawas yang telah teratasi seiring dengan terakselerasinya program vaksinasi virus corona di Zona Euro saat ini. Asalkan kelak tak terjadi situasi tak terduga seperti penemuan varian virus corona baru yang lebih ganas, euro masih berpotensi menguji rekor tertinggi tahun ini.
GBP/USD: Sterling Jatuh Setelah Reli 6 Hari Berturut-turut
Pasangan GBP/USD menyaksikan beberapa aksi jual pada hari perdagangan terakhir minggu ini dan memperpanjang penurunan hari sebelumnya dari wilayah 1,39750, atau puncak lebih dari satu minggu. Ini menandai pergerakan negatif hari pertama dalam enam sesi sebelumnya dan menyeret pasangan ini ke 1,39000 selama sesi Eropa.
Dolar AS membangun rebound moderat pada perdagangan hari Jumat kemarin dari level terendah sejak 26 Februari dan memperoleh kekuatan untuk naik pada sesi kedua berturut-turut.
Pullback moderat di pasar ekuitas dipandang sebagai faktor utama yang menguntungkan safe-haven greenback, yang, pada gilirannya, memberikan beberapa tekanan kepada pasangan GBP/USD.
Dari perspektif teknis, pasangan GBP/USD sekarang telah turun kembali lebih dekat ke garis tren naik yang berusia satu minggu. Support yang disebutkan dipatok di dekat wilayah 1,3885, yang jika ditembus mungkin akan mendorong beberapa aksi jual teknis. Pasangan ini mungkin akan mempercepat penurunan menuju terendah mingguan, di sekitar wilayah 1,3860-55.
Beberapa tindak lanjut aksi jual berpotensi menyeret pasangan GBP/USD lebih jauh menuju support menengah 1,3825-20 kemudian 1,3800. Support relevan berikutnya dipatok di dekat area 1,3740-35, yang jika ditembus akan menyiapkan panggung untuk dimulainya kembali penurunan baru-baru ini dari terendah hampir tiga tahun.
AUD/USD: Aussie Jatuh Setelah Data AS
Pasangan AUD/USD ditutup di wilayah negatif di bawah 0,77200 dan tampaknya mengalami kesulitan untuk melakukan pemulihan yang berarti pada hari Jumat kemarin.
Sebelumnya pada hari itu, data dari Australia menunjukkan bahwa Kredit Sektor Swasta di bulan Maret meningkat sebesar 0,4% dan Indeks Harga Produsen naik menjadi 0,2% secara tahunan di kuartal pertama, dibandingkan dengan perkiraan analis sebesar 0,8%.
Angka-angka ini gagal memicu reaksi pasar yang nyata. Selain itu, laporan IMP dari Tiongkok mengkonfirmasi bahwa aktivitas bisnis di sektor swasta terus meningkat dengan kecepatan sedang di bulan April.
Di sisi lain, Biro Analisis Ekonomi AS melaporkan pada hari Jumat bahwa Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi Inti (PCE) naik menjadi 1,8% secara tahunan di bulan Maret seperti yang diharapkan. Selanjutnya, rincian yang mendasari publikasi mengungkapkan bahwa Penghasilan Pribadi melonjak sebesar 21,1% di bulan Maret.
Indeks Dolar AS mempertahankan momentum bullishnya setelah data ini dan terakhir terlihat naik 0,3% pada 90,90.
Sementara itu, indeks utama Wall Street dibuka jauh di wilayah negatif dan memberikan dorongan tambahan bagi USD. Nanti di sesi ini, University of Michigan akan merilis Indeks Sentimen Konsumen terakhir untuk bulan April.
USD/CHF
USD/JPY: Yen Konsolidasi Kenaikan Mingguan
Pasangan USD/JPY diperdagangkan tepat di bawah level 109,500, mengkonsolidasikan kenaikan mingguan. Greenback diperdagangkan beragam di seluruh bursa, naik terutama terhadap rival Eropa tetapi umumnya stabil terhadap mereka yang dianggap sebagai safe-haven.
Indeks Asia berada di bawah tekanan jual, meskipun Wall Street berhasil ditutup di zona hijau, sementara indeks Eropa berjuang di sekitar level pembukaannya.
Imbal hasil Treasury AS, bagaimanapun, melayang di sekitar level penutupan Kamis mereka, membantu mempertahankan pasangan ini dalam level yang sudah dikenal.
Jepang menerbitkan inflasi Tokyo April, yang menghasilkan -0,6% Tahunan, lebih buruk dari yang diantisipasi. Produksi Industri di bulan yang sama naik 4% Bulanan, menurut perkiraan awal, sedangkan IMP Manufaktur Bank Jibun April direvisi naik menjadi 53,6. Data terkait perumahan juga optimis.
AS hari ini akan menerbitkan Pengeluaran Pribadi dan Pendapatan Pribadi bulan Maret serta inflasi PCE inti untuk bulan yang sama. Sesi selanjutnya, negara akan menawarkan pembacaan akhir dari Indeks Sentimen Konsumen Michigan April, yang diperkirakan di 87,5.
Disclaimer:
Bertransaksi di Perdagangan Berjangka Komoditi memiliki resiko yang tinggi dan mungkin tidak sesuai untuk semua orang.
Banyak faktor bagi seorang investor yang harus dipertimbangkan sebelum bertransaksi, seperti obyektifitas, tingkat pengalaman dan keinginan berinvestasi dengan resiko untuk setiap investor.
Opini, berita, riset, analisa, harga atau informasi yang terkandung di dalamnya disediakan hanya sebagai komentar pasar secara umum saja.